Jumat, 01 Juli 2022

Apa kabarnya Sang Naga Penghuni Sungai Kapuas Hulu?

Apa kabarnya Sang Naga Penghuni Sungai Kapuas Hulu?

Apa kabarnya Sang Naga penghuni sungai Kapuas Hulu?

Oleh Iwan Setiawan dan Masayu Y. Vinanda

Apa kabarnya Sang Naga Penghuni Sungai Kapuas Hulu? - Jakarta (29/10)-Pernah jadi ikan asin yang harganya Rp.1000/kg, namun karena dianggap pembawa rejeki dan datang dari surga, Siluk atau Arowana,-terutama yang berwarna merah diburu banyak orang. Pembeli bahkan rela mengeluarkan uang jutaan rupiah.

Sebelum diburu, Ikan yang berbadan pipih, bersisik tebal, berukuran besar, serta ‘berkumis dan berjanggut’ ini tidak begitu disukai para nelayan. Ikan yang di Kalimantan disebut Ikan Naga dan di perairan Riau disebut Ikan Surga ini dianggap buas. Selain suka memakan ikan kecil bahkan anaknya sendiri, Siluk juga memakan kodok. Namun dengan munculnya mitos yang mempercayai bahwa Ikan arowana mampu membawa keberuntungan dan ketenangan bagi pemiliknya, ikan ini kini justru menjadi primadona. Perburuan pun marak di lakukan nelayan yang dimodali para penadah. Untuk Ikan Siluk yang panjangnya sekitar 40 cm bisa dihargai sampai Rp. 2,5 juta.

Di alam bebas, Ikan Siluk Merah merupakan penghuni Sungai Kapuas di Kalimantan Barat. Ironisnya, di habitat aslinya ini, populasi Siluk menurun pesat akibat penangkapan liar serta daya biaknya yang rendah. Hal ini juga yang mendorong siluk masuk dalam daftar merah Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora-CITES, yang dikategorikan genting. Artinya, siluk termasuk satwa yang jumlahnya sudah sangat sedikit dan terancam punah.

Kondisi ini juga diperkuat oleh kesaksian Juniardi, Kepala Desa Empangau, Kecamatan Bunut Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Ia menyatakan, semenjak 30 tahun terakhir, sudah hampir tidak pernah ditemukan siluk di alam, hanya pada tahun 2009 pernah ditemukan sekali di Desa Semalah.

Pemburuan siluk telah menjadi pisau bermata ganda. Satu sisi dianggap mampu menghidupi warga setempat, namun di sisi lain jelas membuat siluk semakin langka. Untuk menjaga kepentingan masyarakat serta nasib siluk, maka masyarakat di sekitar Danau Merebung membuat peraturan dan menjaga bersama. Danau Merebung adalah salah satu dari 7 Danau di Dusun Meliau, kabupaten Kapuas Hulu yang dilindungi oleh masyarakat adat.

Salah satu upaya perlindungan secara adat yang dilakukan adalah dengan menetapkan zona ekonomi dan zona perlindungan yang membatasi masyarakat untuk berburu. Selain itu juga pembatasan ukuran ikan yang ditangkap. Secara mandiri dan dengan kesadaran yang tinggi, masyarakat melaksanakan aturan adat tersebut sekaligus mengawasi dan memberi sanksi bagi mereka yang melanggar.

Upaya perlindungan yang dilakukan masyarakat selama in membuahkan hasil. Perlahan tapi pasti, populasi ikan langka ini masih terjaga dengan baik di alam. Hal ini terbukti oleh ditemukannya induk arwana di Danau Merabung yang tidak sengaja tertangkap pancing oleh pemancing professional dari Amerika. Ukuran dan beratnya pun sungguh menakjubkan. Panjangnya 140 cm dan beratnya mencapai 6 kg. Begitu tertangkap, ikan ini lalu dibebaskan dari mata kail dan langsung dilepaskan ke Danau Merebung oleh seorang warga Dusun Meliau yang saat itu mendampingi Robert Clarke, sang pemancing asal negeri Paman Sam tersebut.

Apa kabarnya Sang Naga Penghuni Sungai Kapuas Hulu?

Apa kabarnya Sang Naga penghuni sungai Kapuas Hulu? Oleh Iwan Setiawan dan Masayu Y. Vinanda Apa kabarnya Sang Naga Penghuni Sungai Kapuas H...